Chapter
33
Mendekati
Bayangan ③
Dua desa yang ada di dekatnya musnah oleh
segerombolan monster.
Kabar itu disebarkan oleh pedagang keliling yang
kebetulan melihatnya dan melarikan diri dari daerah yang diserang. Kepala desa
segera menyampaikan keputusan untuk meninggalkan desa dan melarikan diri.
Tempat mereka melarikan diri adalah ke Benteng Nest.
Kepala desa menilai bahwa itu adalah tempat teraman
semenjak Ordo Kesatria ditempatkan di sana.
Namun, monster berkaki empat bisa bergerak dengan
cepat.
Untungnya, mereka dikawal oleh kesatria yang
sebelumnya telah diberitahu, sehingga penduduk desa Torc bisa mencapai benteng.
Namun, penduduk desa melarikan diri dari tempat yang
jauh di luar Desa Torc datang menopang luka yang serius.
Orang-orang yang berada di belakang yang putus asa
menuju ke benteng di lukai oleh cakar dan gigitan besar dari rahang monster.
Bahkan banyak kesatria yang telah diberangkatkan
untuk menyelamatkan penduduk desa tewas, satu demi satu.
Melawan sekerumunan monster yang mendekat yang
terbukur di tanah, mereka harus sedikit membuka gerbang yang mereka perjuangkan
sehingga para pengungsi bisa masuk.
Tapi pintu itu tidak berguna melawan monster yang
bisa terbang, dan bahkan dinding batu yang besar tidak bisa diandalkan untuk
menahan monster yang lebih besar.
Pertahanan kesatria mulai sangat berkurang, tapi
bahkan anak seperti dia bisa melihat bahwa itu sudah tidak ada harapan.
Monster tak henti-hentinya merauung di luar benteng.
Di luar benteng terkadang bergetar.
Jika monster terbang menyerang, maka benteng akan
hancur oleh monster.
Itu jika mereka berusaha untuk memperpanjang keputusasaan
dan ketakutan mereka.
Beberapa orang, setengah gila karena putus asa,
menyalahkan mereka yang ada disekitarnya.
Hanya untuk menghindari agar tidak dibunuh oleh
monster, beberapa orang telah melompat dari menara utama, melakukan bunuh diri.
Di dalam benteng, ada salah seorang yang hanya bisa
meringkuk dalam keputusasaan.
Gadis itu hanya bisa bergemetar.
Dia tidak menangis berteriak, tapi hanya menangis
pelan, saat tubuhnya bergemetar dalam pelukan ibunya.
Terbang di atas, monster burung mengeluarkan
teriakan yang mengerikan.
Setiap kali mereka mendengar teriakan yang aneh,
orang-orang menundukkan kepala mereka dan merangkak di bawah.
Kemudian, ketika monster terbang, tanpa gagal,
tatapan orang-orang tertuju pada menara utama.
Mereka mendengar dari kesatria bahwa orang yang
telah dinyatakan sebagai Brave ada di sana.
Apa yang Brave lakukan?
Mengapa dia tidak segera mengusir para monster?
Dalam ketakutan, orang-orang mulai mengeluh terhadap
Brave.
Semua orang, termasuk gadis itu, merasakan kemarahan
terhadap keberadaan yang disebut Brave hanya berdiam diri di menara utama dan
bersembunyi.
—Sampai mereka melihat gadis itu
Gadis itu berjalan melalui orang-orang, yang dikejutkan
oleh pintu menara utama yang terbuka; punggungnya lurus, dan ekspresinya
dingin.
Gadis itu umurnya sepertinya sama dengan dirinya,
atau mungkin bahkan lebih muda.
Meskipun dia masih kecil, wajahnya yang cantik
menunjukkan ketidak takutan, bahkan dalam menghadapi keadaan yang gawat tersebut,
karena ia tersenyum untuk mendorong semangat orang-orang yang ketakutan.
Dia sendiri tidak tahu hanya dengan melihat
penampilannya, tapi dari bisikan di sekitarnya, ia tahu bahwa gadis yang
berjalan keluar dari menara itu adalah Brave.
Meskipun hanya melihat sekilas, penampilan gadis itu
dengan jelas terbakar dalam pikirannya.
Dia berjalan menjuju gerbang benteng, dan dengan
segera...
Monster meraung dan menjerit.
Dilanjutkan dengan sebuah ledakan.
Teriakan kematian monster terdengar.
Tidak ingin mendengar suara mereka yang diluar,
mereka menutup mata mereka dan menutup telinga mereka; mereka terus menjaganya
untuk waktu yang lama.
Akhirnya, suara di luar benteng berhenti—gadis yang
dipanggil Brave membuka pintu gerbang dan kembali.
Tubuh gadis itu tertutupi dengan luka.
Dari rambut emasnya yang berkilau, yang seperti
sinar matahari yang terkumpul, kulit putih mulusnya, seluruh tubuhnya ternoda
oleh darah dari monster.
Seluruh tubuh gadis itu masih terus memancarkan
semangat juang yang kuat, yang bisa dirasakan oleh orang-orang di sekitarnya
tanpa sadar dan pergi tanpa berkata apapun, dan dia menyeret kakinya ke arah
mereka.
Mengasihani penampilan itu, gadis itu ingin
memanggilnya ketika—
“Jangan!”
Ayahnya menarik lengannya.
Dia menatap wajah ayahnya, dan melihatnya penuh
dengan rasa takut.
Dia menuruti kata-kata ayahnya, dan sekali lagi
menatapnya.
Dia bahkan tidak bisa membayangkan betapa sulitnya
pertempuran itu, dan luka-luka di tubuhnya pasti sangat menyakitkan.
Betapa mengerikannya untuk menghadapi maksud membunuh
dari semua monster-monster.
Dia tidak bisa membayangkan itu.
Brave kembali setelah menghancurkan semua monster
dan melindungi benteng, tapi bahkan tidak menerima kata terima kasih.
Sebaliknya, tatapan semua orang dipenuhi dengan ketakutan yang sama dan ketakutan
itu ditujukan oleh ayahnya...
Untuk siapa dia bertarung...?
Hanya satu orang, wanita elf temannya, pergi untuk
memeluknya.
Kebetulan tatapan kedua gadis saling bertemu.
Pada saat itu, dia menyadari.
Mata gadis itu merah dan bengkak.
Meskipun begitu, gadis itu tersenyum ke arahnya, seakan
menyemangatinya.
Air matanya sendiri tumpah keluar.
Pasti karena lega setelah semua ketakutan itu, dia
mulai menangis.
Meskipun terluka sampai air mata keluar, gadis itu
masih bisa tersnyum padanya.
Melihat sosok menyedihkan, air mata tumpah keluar.
Kelembutannya juga disampaikan pada pengasingan dan
kesepian yang dia rasakan...
***
Sudah sekitar empat tahun sejak saa itu.
“Kita
selamat. Mereka dari Nest...”
Pada kata-kata itu, rasa takut dan putus asa dari
waktu itu datang kembali.
Kemudian, dia memikirkan sang Brave, gadis yang
seumuran dengan dia.
Apakah dia mampu mencapai kebahagiaan setelah
mengalahkan Raja Iblis?
Gadis yang dikenal sebagai Brave mungkin tidak ingat
saat mata mereka saling bertemu.
Tapi jika dia punya kesempatan untuk bertemu
dengannya suatu hari nanti, dia akan menyampaikan rasa terima kasihnya.
‘Terima kasih banyak’
Hanya satu kalimat.
Dia teringat, berkat bantuannnya telah membuat dia
bisa ke Nest.
Mungkin penduduk desa yang lainnya juga merasakan
hal yang sama.
Itu tak terelakkan bahwa mereka telah tenang dari
ketegangan.
Namun—
Dia merasakan perasaan tidak enak.
Orang tuanya gembira seperti penduduk desa yang
lainnya..
Mereka entah bagaimana tertipu.
Tiba-tiba, dia memikirkan seorang anak laki-laki
petualang yang usianya sama seperti dirinya yang telah berkuda ke arah yang
berbeda.
Menurut percakapan antara ayahnya dan salah seorang
warga, ada juga beberapa petualang yang pergi untuk memberitahu Kota Nest.
Mereka petualang yang masih muda, dan juga telah
naik kuda untuk pergi ke Kota Nest.
Namun, seharusnya bukan prajurit kekaisaran yang
ditempatkan di Nest yang menunggang kuda di sana?
Ketika ia mencapai kesimpulan itu, ia merasakan
ketakutan.
‘Mereka mungkin adalah sekutu bandit!’
Pada saat ia tiba pada kesimpulan itu, para kesatria
yang menunggang kuda telah mencapai kelompok mereka.
“M-Mereka
bukan dari Nest!”
“Uwaaaaaaaaaaaa!
Mereka dari Petersiaaaaaaaaaaaa!!!”
Penduduk desa mencoba untuk melarikan diri, tapi
terinjak-injak sampai mati atau ditusuk oleh tombak.
“GAAAAAH!!”
“Ayah!
Ki—“
Ayah gadis itu terhempas oleh kuda dan gerobak yang
tersentak, sehingga tubuh yang lemahnya itu juga teguling ke samping.
Dengan tabrakan itu, semua barang-barang berserakan
di udara, saat gerobak terbalik.
Dia secara samar-samar menyadari gerobak jatuh
padanya—kemudian, semuanya berubah menjadi gelap.
Ketika gadis itu kembali sadar, di sekelilingnya
gelap.
Tidak, ada sedikit cahaya.
Dia segera menyadari bahwa cahaya itu berasal dari
celah kecil di antara gerobak dan tanah.
‘Apa yang sedang terjadi?’
Melihat ke sekitar saat ia mengangkat bagian atas
tubuhnya, ia teringat apa yang telah terjadi.
Mereka diserang oleh orang-orang yang sepertinya
merupakan sekutu bandit.
Dia ingat ayahnya yang telah terhempas dengan kejam
oleh kuda.
“...!!!”
‘Ayah!’ Dia hendak memanggilnya, lalu dengan cepat
menutup mulutnya.
Dia bisa mendengar suara langkah kaki logam di
sekitarnya.
Para penyerang itu masih ada.
Ketika ia mendengarnya dengan teliti, dia juga bisa
mendengar isak tangis dari gadis-gadis muda.
Selain itu, ada beberapa orang dari mereka.
Dia mengenali beberapa suara. Dengan menggigil, dia
meringkuk seperti menjadi bola.
‘Aku takut’
‘Aku tidak ingin mati’
‘Selamatkan aku’
‘Menakutkan... menakutkan’
‘Di mana ayah dan ibu?’
‘Jangan datang ke sini’
‘Itu menyakiktkan’
Pikirannya teringat pada pengalamannya.
Tidak seperti di Benteng Nest, dia tidak memiliki
orang tua untuk dipeluk.
Sepertinya ia bersembunyi di ruang gerobak yang
terbalik.
Ada sedikit bagian yang rendah di samping jalan.
Ketika gerobak dibalikan, ia kebetulan terlempar ke
bagian yang rendah, dan gerobak akhirnya menutupinya.
Berkat posisi sempurna dari gerobak pada tanah, dia
pergi tanpa diketahui oleh orang-orang yang menyebabkan bencana ini.
Jika dia telah ditemukan...
Meskipun dia tidak pernah mengalami itu sebelumnya,
dia bisa memahami apa yang terjadi di luar.
Dia pasti akan menderita jika tertangkap.
“Itu
karena kami takut, Komandan. Mereka menuju ke Kota Nest”
“Sebelum
kita membungkusnya, kita harus memastikan tidak ada yang tahu siapa yang
melakukannya. Itu bagus bahwa mereka adalah petualang perempuan, tapi lebih
baik kita biarkan para bandit yang menangani sisanya”
“Baik!”
Mereka berbicara di suatu tempat di dekatnya.
Dia menahan napas, gemetar.
Isak tangis dia tidak diketahui petualang yang telah
pergi sebelum mereka.
Dengan kata lain, peringatan tidak mencapai Nest.
Harapan para petualang yang berada di desa tanpa
mengharapkan bala bantuan, bertempur tanpa harapan, yang tak terpenuhi.
Dia menangis dengan tenang.
Itu memalukan.
Bahkan, dia tidak bisa melakukan apa-apa.
Dia hanya bisa terus menunggu di parit, bahwa ia
telah beruntung jatuh ke sana, sampai orang-orang yang menyerang penduduk desa
pergi.
Kali ini, tidak ada gadis itu, Brave, untuk
menyelamatkannya.
Dia hanya bisa menahan napas dan tetap bersembunyi.
Sementara menutupi telinganya, untuk tidak mendengar
teriakan para gadis dari desa, dan para petualang perempuan.
Yuusha-sama no Oshishou-sama Chapter 33 Bahasa Indonesia
4/
5
Oleh
Lumia
1 komentar:
mantap nih langsung 3 chapter :v
Reply