Monday, March 20, 2017

Yuusha-sama no Oshishou-sama Chapter 32 Bahasa Indonesia



Chapter 32

Mendekati Bayangan ②




            “... Dan begitulah situasinya. Aku minta maaf. Kami akan mengulur waktu semampu yang kami bisa. Kalian harus segera pergi secepat mungkin!”

Para petualang berkumpul di ruang pertemuan di pusat Desa Torc, dengan cepat bergerak di sekitar dengan eskpresi serius di wajah mereka.

Beberapa petualang bergegas keluar dari pusat desa. Wajah mereka dihantui oleh penampilan yang suram.

Meskipun para penduduk desa tidak memahami situasinya, hanya dengan melihat petualang, mereka tahu bahwa situasi telah memburuk.

Di mana-mana, hanya ada suara gelisah.

Seorang gadis di antara penduduk desa tidak bisa meneyembunyikan kegelisahannya dan memeluk lengan ayahnya.

Mereka ingin mendengar tentang situasinya, tapi penduduk desa tidak bisa menyela saat petualang berlari di sekitar, berteriak dengan penuh amarah.

Mereka hanya bisa menggertakan gigi mereka dan menonton.

Pria yang memperkenalkan dirinya sebagai pemimpin para petualang di ruang pertemuan ketika mereka tiba, melangkah maju.

Akhirnya bisa mengetahui situasinya, beberapa penduduk desa secara bersamaan meminta penjelasan, dan pria bernama Riggs mulai menjelaskan apa yang sedang terjadi.

Tentang bagaimana desa telah ditargetkan oleh sekelompok bandit.

Tentang jumlah pada kelompok itu ada dua ratus orang. Dan juga sudah ada korban dari petualang yang telah mengintai sebelumnya. Tentang bagaimana situasi pertempuran saat ini, bahwa kemenangan tidak mungkin, sehingga mereka harus melarikan diri ke Kota sebelah, Nest.

            “Jadi, kami harus meninggalkan kampung halaman kami?”

            “Apakah kami tidak bisa meminta kalian semua untuk melindungi kami!?”

Setelah diberitahu oleh Riggs untuk meninggalkan pekerjaan mereka dengan susah payah dan kampung halamannya, penduduk desa mendekat, meninggikan suara mereka.

Tapi—

            “Diam!”

Pada bentakan Riggs, para penduduk desa langsung terbungkam.

Dia masihlah seorang pemimpin kelompok petualang—bahkan jika pihak mereka biasanya berbeda, semuaya bercampur.

Dia berbeda dari penduduk desa yang sederhana.

Mengamati penduduk desa yang terdiam, Riggs membuka mulutnya.

            “Tidakkah kalian lihat? Kalian tidak punya waktu untuk mengeluh, dan aku tidak punya waktu untuk mendengarkan keluhan kalian. Terus terang saja, aku tidak punya waktu untuk membujuk kalian. Jadi aku akan mengatakan ini dengan jelas. Sendirian, kami tidak bisa menang melawan kelompok bandit yang bersama dengan prajurit Petersia. Jika kalian tidak ingin mati, segera pergilah. Pertaruhkan nyawa kalian untuk pergi ke Nest. Jika kalian bisa bertahan, kalian dapat kembali ke kampung halaman kalian. Tapi jika kalian mati, maka itu semua berakhir. Hanya itu saja yang ingin aku katakan! Itu adalah pilihan kalian. Lakukan sesuka kalian”

Berkata begitu dalam satu napas, Riggs berbalik dan berjalan kembali ke tempat para petualang yang lainnya.

Para penduduk desa hanya bisa menatap keheranan.

Bahkan tidak ada yang mampu menyuarakan keprihatinan mereka.

Riggs kembali memancarkan kehadiran yang mengerikan.

Saat ia pergi, kata-katanya, yang sama sekali bukan lelucon, menunjukkan bahwa situasi mendesak ini adalah nyata.

            “H-hei... apa yang akan kita lakukan?”

            “Bagaimanapun juga, kita lebih baik untuk melarikan diri, seperti yang dia bilang”

Penduduk desa perlahan mulai bergerak.

Wajah mereka masih tak bisa percaya, apakah itu semua bohong? Keraguan terus membayangi mereka, tapi mereka masih memulai persiapan mereka untuk melarikan diri.

            “Ayah?”

            “A-ah, ayo kita bersiap-siap untuk melarikan diri”

Seorang gadis menarik lengan ayahnya yang tercengang, dan kemudian dia juga mulai berjalan.

Mereka kembali ke rumah dan menjelaskan situasinya kepada ibu gadis itu.

Ibunya juga tampak ragu, tapi ia membantu suaminya dan mengamankan baran-barang mereka ke gerobak.

Sejak awal, desa ini sama sekali tidak berlimpah.

Jadi mereka tidak benar-benar memiliki banyak barang-barang penting.

Mereka segera menyelesaikan persiapan mereka.

‘Itu benar! Benih dan barang-barang yang lainnya seharusnya dapat dijual...’

Melirik orang tuanya, yang memuat alat untuk kehidupan sehari-hari, gadis itu menuju gudang tempat hasil panen dan tanaman liar yang dia ambil dari pegunungan untuk di simpan disana.

Mereka tidak tahu berapa lama mereka harus berlindung.

Dalam diskusi itu, prajurit asing juga ikut terlibat. Jika penduduk desa tertangkap, maka mereka tidak akan dapat kembali dengan mudah.

Dalam kasus terburuk, mereka bahkan mungkin harus mengungsi ke Kota Nest.

Barang yang tersisa adalah tanaman herbal dan kulit pohon, yang digunakan untuk membuat pil obat, juga dimuat ke gerobak.

Mereka bisa menjualnya ke toko atau apotek.

Meskipun mereka tidak akan membelinya dengan harga yang tinggi, itu masih lebih baik daripada tidak sama sekali.

Saat ia melakukan ini, penduduk desa yang lain juga telah bersiap-siap untuk pergi, dan mulai berkumpul di jalan untuk menuju ke Kota Nest.

            “Beberapa petualang akan pergi terlebih dahulu ke Kota nest untuk meminta bantuan kepada feodal dari prajurit kekaisaran”

Ayah gadis itu berbicara kepada kenalannya.

Kota Nest adalah sebuah kota yang berkembang dan di sana juga ditempatkan sebuah benteng.

Beberapa tahun sebelumnya, ketika segerombolan monster mendekat, menghancurkan desa-desa dan penduduk desa sekitarnya, para pengungsi mendirikan sebuah desa kecil yang berpusat di sekitar benteng.

Bahkan wilayah feodal itu, sejak desa yang ia kuasai juga hancur, dia juga pindah ke Kota Nest.

Karena itu, ada dua kelompok pasukan kekaisaran yang ditempatkan di Kota Nest, prajurit feodal, dan Ordo kesatria.

Jika kedua prajurit itu bergegas untuk membantu petualang, mereka mungkin bisa kembali ke rumah mereka lebih cepat dari yang mereka pikirkan.

Dibandingkan dengan ketika Riggs berbicara, penduduk desa merasa lebih optimis.

Sementara itu, petualang berkumpul di sisi lain dari desa, dekat jalan kecil gunung.

Setelah entah bagiamana mampu untuk membujuk para penduduk desa, mereka menghancurkan beberapa gubuk untuk membangun barikade, untuk mencegah bandit yang akan muncul dari jalan kecil gunung.

Gadis itu duduk di samping ibunya, melihat pemandangan.

Dia melihat pemandangan yang berubah menjadi sunyi di depan matanya dan bertekad untuk mengingatnya.

Tiba-tiba, dia melihat seorang petualang anak laki-laki yang berangkat dengan kuda pada arah yang berbeda dari Nest.

Usianya mungkin sama seperti dirinya.

Sejak ia menunggangi kuda, ia segera tidak terlihat di antara pepohonan. Namun, untuk beberapa alasan sepertinya dia menangis.

Itu mungkin hanya perasaannya.

Tidak ada cara bagi dia untuk bisa melihat wajah orang yang menunggangi kuda itu.

            “Itu ke arah ibukota”

Ayahnya bergumam padanya, yang menatap ke arah kuda yang pergi...

            “Untuk mereka yang menuju Nest dan Ibukota, sepertinya itu akan menjadi beberapa tahun sebelum kita akan dapat kembali ke rumah. Mengapa ini harus terjadi sekarang, saat ini?”

Tidak ada yang tahu bagaimana prajurit feodal dan kesatria yang ditempatkan di Kota Nest akan bergerak.

Mereka menerima kabar bahwa bala bantuan akan dikirm, jadi perasaan penduduk desa membaik, tapi penduduk desa masih tetap gelisah.

Meskipun ada perempuan dan anak-anak yang membawa barang bawaan berjalan menuju Kota Nest, jika mereka tidak beristirahat dan memaksakan diri untuk berjalan sepanjang jalan, mereka akan tiba pada siang hari.

Untuk itu, para petualang yang pergi sebelum mereka melaporkan informasi, dan membantu mempersiapkan perlindungan untuk mereka di samping desa.

Ada beberapa panduduk desa yang akan menolak untuk memberikan perlindungan bagi mereka, tapi feodal wilayah itu murah hati terhadap orang-orangnya, dan akan melindungi mereka.

Tapi masih ada kekhawatiran bahwa situasi akan memburuk.

***

Dia tidak tahu berapa banyak waktu yang sudah berlalu sejak ia meninggalkan desa.

            “Itu adalah kesatria.... dari Kota Nest”

Ketika matahari menjulang tinggi di langit, orang-orang dengan stamina yang rendah, anak-anak dan orang tua, bergantian mengendarai gerobak saat penduduk desa pindah.

Di antara mereka seorang gadis berjalan, menggantungkan kepalanya, hanya menatap tanah, ketika salah satu penduduk desa berjalan di dekatnya, meninggikan suaranya.

Mereka pasti bisa melihat orang-orang yang menunggangi kuda di depan mereka.

Ada beberapa orang.

            “Ka-kami selamat. Mereka dari Nest”

Bantuan ada di hadapan mereka.

Dia juga merasa semua kekuatan telah hilang dari tubuhnya, merasa lega. Ayahnya memimpin mereka ke Kota Nest, tapi gadis kecil itu juga pergi.

Tujuan utamanya adalah untuk menjual produk mereka, dan menggunakan uang untuk membeli barang.

Mereka dibesarkan secara mandiri, dan bisa membeli barang-barang dari pedagang yang secara rutin berkunjung, tapi ada beberapa hal yang tidak bisa dibeli di luar desa.

Oleh karena itu, mereka harus pergi ke kota beberapa kali dalam setahun.

Sejak itu adalah sebuah kota baru yang berkembang, itu jauh lebih kecil dari kota-kota lain di kekaisaran, tapi karena itu adalah sebuah kota yang berkembang, memiliki sifat yang dinamis.

Selain itu, dia juga akrab dengan kota Nest lama yang dihancurkan oleh monster.

Itulah sebabnya, meskipun Nest adalah sebuah kota kecil untuk non-penduduk setempat, itu adalah tempat yang gadis itu rindukan.

Ketika mereka membutuhkan waktu untuk berbelanja, mereka tinggal di penginapan biasa.

Baginya, pergi berbelanja di kota menyaingi festival panen desa sebagai salah satu peristiwa yang paling menyenangkan setiap tahunnya.

Dia punya banyak kenangan yang kuat tentang Kota Nest.

***

Hari itu, empat tahun yang lalu—wilayah ini diserang oleh segerombolan monster.

Sama seperti sekarang, orang tuanya, dengan penduduk desa lainnya, melarikan diri ke Kota Nest.

Mereka melarikan diri dari monster yang datang dari gunung dan hutan, hampir mencapai benteng hidup-hidup.

Namun, di dalam benteng itu menyedihkan.

Di seluruh tempat, banyak orang yang tergeletak dengan luka berat, mengerang.

Di antara mereka, ada juga yang sudah mati.

Pada saat itu, kematian bukanlah hal yang biasa, tapi kematian sebanyak itu belum pernah terjadi sebelumnya.

Ada sebuah teror kematian yang mendekat.

Di luar benteng, teriakan orang-orang yang terlambat untuk melarikan diri dan raungan monster bisa terdengar.

Di dalam benteng, ada teriakan dari orang yang setengah gila, dan juga suara tangisan.

Ada juga orang yang memarahi kesatria yang masih hidup.

Mereka menangis pada kesatria untuk membantu bertarung, untuk membantu mereka agar bisa bertahan hidup.

Berada dalam pelukan orang tuanya, dia hanya bisa menyaksikan kejadian itu.

Dia hanya seorang anak-anak, tak berdaya, dan hanya bisa menggigil ketakutan.

Namun, seorang gadis muncul di depan matanya.

Orang-orang memanggil gadis itu—“Sang Brave”



⟵Back         Main          Next⟶

Related Posts

Yuusha-sama no Oshishou-sama Chapter 32 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh