Monday, April 30, 2018

Chiyu Mahou no Machigatta Tsukaikata Volume 01 Chapter 05 Bahasa Indonesia


Chapter 05




***Sudut Padang Inukami-senpai***

Tiga minggu sudah berlalu semenjak Kazuki-kun, Usato-kun, dan aku dipanggil ke dunia ini. Dan untuk hasil dari semua latihan dalam tiga minggu terakhir ini, aku sudah terbiasa untuk bertarung. Akan tetapi, aku belum mempunyai pengalaman nyata melawan monster.

Latihan pagi baru saja usai, dan kami makan siang di tempat teduh.

            "Kazuki-kun, kamu sudah jadi cukup kuat, ‘kan?"

            "Hahaha, aku masih bukan tangindannya senpai."

Dalam 2 minggu terakhir ini, Kazuki sudah menunjukkan sejumlah perkembangan yang tak lazim.

Tentunya, aku pun sama. Aku sudah menjadi cukup kuat untuk menandingi kesatria terbaik Kearjaan Lyngle, Sigris, dan sang penyihir terkemuka, Welsey. Aku tahu mereka berdua sedikit mengalah padaku, tapi aku masih ingat wajah terkejut mereka saat aku melampaui mereka.

Biarpun..... kupikir ini masih belum cukup.

Ambisi negara ini kurang. Hanya menggunakan serangan petir yang kuat saja, sudah cukup untuk mendapatkan tepuk tangan meriah dari orang-orang yang menontonnya. Kazuki akan tersipu karena malu tiap kali sorakan mereka jadi heboh, tapi buatku itu bukanlah masalah.

Aku ingin lebih bebas dalam menggunakan sihir.

            "Sudah kuduga, aku harus mencari cara lain sendiri.....?"

            "Ada masalah apa, Suzune?"

Ups, gawat. Aku hampir membiarkan pemikiranku diketahui oleh orang lain. Orang yang memanggilku adalah gadis berambut pirang dengan mata biru, putri Raja Lloyd, Seria Bluegust Lyngle.

Kenapa seseorang seperti dia ada di sini, itu terjadi setelah Usato-kun diculik oleh Rose. Raja Lloyd berpendapat bahwa akan sangat sulit untuk membawa Usato kembali, jadi mau bagaimana lagi. Dia diserahkan pada Rose, sementara Kazuki dan aku ditugaskan untuk berlatih di bawah bimbingan Sigris, Komandan Pasukan Kerajaan. Tentu saja, kami juga harus berlatih di bawah bimbingan sang penyihir terkemuka, Welsey.

Selama saat itu, Raja Lloyd memanggil putrinya dan memperkenalkannya pada kami karena kami seumuran dengannya. Begitulah bagaimana kami bertemu dan menjadi temannya.

            "......"

Sembari makan siang, Kazuki mengalihkan tatapannya pada panorama di luar kastil.

Fumu, tampangnya terlihat lesu, apa kau mengkhawatirkan Usato-kun?

            "..... Usato, sekarang dia sedang apa, ya?"

Sungguh, kau ini sangat mudah dimengerti.

Kali terakhir kami melihat Usato, dia terlihat sangat kelelahan.

Apa mungkin dia masih belum terbiasa hidup di dunia ini? Atau mungkin latihan Pasukan Penyelamat memang benar-benar berat....

            "Orang seperti apa Usato-sama itu?

Tanya Seria yang penasaran.

Kazuki menyelaku sebelum aku bisa menjawabnya, dan dia menjawab dengan membusungkan dadanya dengan bangga.

            "Dia adalah teman yang sama-sama terpanggil ke dunia ini bersama kami. Meski baru saling kenal akhir-akhir ini."

            "Dilihat dari senyumanmu, sepertinya rumor Kazuki-kun tidak punya teman lelaki memang benar."

            "Ti-Tidak juga! Bahkan aku juga punya satu atau dua teman lelaki....."

Seria tertawa pada Kazuki yang menggumamkan kepercayaan dirinya.

Meski, sebenarnya aku tahu sih. Dari apa yang kulihat dari Kazuki-kun di sekolah, jelas-jelas Usato-kun adalah teman berharganya, meski baru saling kenal akhir-akhir ini.

            "Teman, ya. Terus lelaki ini tengah berada di mana?"

            "Kupikir dia berada di penginapan Pasukan Penyelamat? Kalau tidak salah...."

            "Pa-Pasukan Penyelamat?!"

            ".....? Benarkan, senpai?"

            "Ya."

Oh iya, aku sedikit ragu melihat tampangnya Usato saat kali terakhir kami bertemu.

Di dunia kami sebelumnya, aku sudah memainkan berbagai macam olahraga. Sebagiannya karena minatku, aku mengumpulkan sebanyak mungkin pengetahuan mengenai anatomi manusia.... khususnya, sturuktur otot yang sudah kukenali.

Kali terakhir aku melihat Usato, aku menyadari bahwa kakinya sudah berkembang banyak ketimbang saat kami pertama bertemu. Ditambah lagi, otot-otot pada bagian atas tubuhnya pun sudah dilatih dengan baik. Biasanya tidak mungkin untuk bisa membuat otot-ototnya terlatih dengan baik begitu hanya dalam satu minggu.

Saat kupikir itu mengagumkan, aku juga prihatin. Tidak baik bagi tubuh untuk mengalami pertumbuhan yang cepat dalam waktu yang singkat, kalau seseorang mempertimbangkannya—

            "Aku khawatir...."

            "Senpai?"

            "Tidak, bukan apa-apa. Seria, kau kelihatan terkejut saat kami menyebutkan Pasukan Penyelamat.... apa sebelumnya terjadi sesuatu?"

Kejutan yang dia tunjukkan sebelumnya cukup tak biasa.

            "Tidak, eng.... yah, belakangan ini ada rumor yang menyebar di kastil soal Pasukan Penyelamat....."

            "Rumor seperti apa.....?"

Seria kelihatan mengetahui sesuatu soal Pasukan Penyelamat. Apa pun yang ada hubungannya dengan Usato, pasti kami sudah mendengarnya tapi...... apa mungkin sudah terjadi sesuatu?

Sepintas, Seria merasa ragu sebelum memelankan suaranya jadi gumaman.

            "Tapi ingat, ini hanya rumor ya..... aku kebetulan mendengar para penjaga istana tengah membicarakannya. Rupanya, Pasukan Penyelamat bekalangan ini mempunyai anak baru, dan dia sudah menjalani pelatihan yang bahkan para anggota mereka saat ini saja sudah akan menyerah untuk mencobanya."

            ".... Aku malah jadi tambah khawatir sekarang. Karena latihan hari ini sudah hampir usai, haruskah kita memeriksa apa Usato-kun baik-baik saja?"

            "Ya, ayo kita mengunjunginya."

            "Ah, aku juga ikut."

Kami pun memberitahu kedua pendeta wanita soal kepergian kami, dan berjalan menuju gerbang. Kazuki dengan keteguhan hatinya mengepalkan tangannya, dan kami pun diam-diam saling mengangguk satu sama lain, dan berjalan menuju ke penginapan Pasukan Penyelamat.

.....

Lalu, kami pun tengah dalam perjalanan untuk mengunjungi Usato. Tentunya, akan berbahaya bila mana seorang tuan putri negara pergi begitu saja, jadi Sigris mengajukan diri untuk menemani kami sebagai pengawalnya Seria.

Penginapan Pasukan Penyelamat berada di tengah-tengah hutan terbuka. Rasanya terpisah dari sisa kerajaan dan tidak ada orang lain yang terlihat.

Kali terakhir kami mengunjungi rumah tersebut, Usato ada di sini, tapi sekarang dia tak terlihat di mana pun juga.

            "Usato-sama tinggal di sini?"

            "Sepertinya..... dia tengah keluar."

            "Bukannya sekarang waktunya latihan sore?"

            "Kalau begitu, ayo kita cari dia. Kalau kita mengganggu, kita langsung kembali saja. Sigris-san, boleh aku memintamu untuk memandu kami?"

            "Saya mengerti. Silahkan ikuti saya."

Karena kami hanya ingin sekedar melihat keadaannya, jadi kami takkan berkunjung terlalu lama.

Mengikuti Sigris, kami berjalan menyusuri hutan lebat ke tempat penginapan Pasukan Penyelamat. Seria tak tahan mengagumi panorama di sekeliling dengan mata berkilaunya. Dia jarang bisa pergi keluar istana, jadi ini pasti menyenangkan buatnya.

            "Fua, ini mengagumkan Kazuki-sama!"

            "Benar."

            "Seria-sama, tolong jangan terlalu jauh dari saya......"

            "Sigris terlalu protektif!"

Bagaimanapun, dia adalah tuan putri negeri ini. Wajar kalau Sigris terlalu protektif terhadapnya.

            "Maafkan aku, Sigris-san."

            "Tidak, tidak usah dipikirkan. Saya juga mempunyai urusan dengan Rose. Tempat latihannya tepat berada di depan, kemungkinan besar Usato-sama juga berada di sana."

            "Begitu, ya!"

Aku menatap ke arah yang ditunjukkan Sigris.

Kali terakhir kami bertemu adalah 2 minggu yang lalu, aku penasaran bagaimana kau berkembang semenjak saat itu.... dengan berpikir begitu, kami pun mendekat dan melihat daerah terbuka lainnya.

Daerah terbuka dengan lebar hanya berdiameter 30 meter. Itu adalah tempat latihan yang berada di antara pepohonan yang cocok dengan Pasukan Penyelamat dan beberapa anggota mereka. Di tengah-tengah itu semua, kami melihat Usato.

Saat Kazuki yang riang hendak memanggilnya, mendadak berhenti.

Aku pun sama.

            ""......""

            "Ada apa? Apa yang tengah terja—"

Saat Seria mencoba mengintip dari belakang kami, kami berdua pun kehilangan kata-kata.

Pemandangan di depan kami, itu—

            "Nu, gugugu....!"

            "Oi, kau melambat. Jangan bilang kalau cecunguk sepertimu menyerah hanya karena sedikit tambahan beban?"

            "Aku enggak bilang nyerah!"

            "Akan kuhajar kau kalau terus bicara, hei."

Usato-kun tengah melakukan push-up dengan tampang putus asa di wajahnya. Bagaimana pun, itu semua tidaklah begitu aneh. Masalahnya adalah sebuah balok batu besar yang juga ditempatkan dipunggungnya.

Kelihatannya beratnya sekitar 50 kilogram? Sesuatu yang berat tersebut ditempatkan pada punggung Usato-kun.

Di atasnya ada Rose, sang Pemimpin Pasukan Penyelamat yang tengah duduk di atas balok batu besar dengan kaki yang disilangkan.

            ".... Cih."

            "Apa itu barusan? Rasanya aku dengar suara seseorang mendecakkan lidahnya!!"




Kupikir aku barusan mendegar Usato-kun mendecakkan lidahnya dengan pelan.


Apa dia memang benar-benar Usato-kun?

Mungkinkah dia kerasukan roh jahat?

            "Aku hanya terkejut saja karena Rose-san enteng banget, lo...... sangat enteng sampai aku enggak sengaja mengecupkan bibirku."

            "Hohoo, kata-katamu sungguh manis barusan, ya? Kalau begitu, tidak masalah dong kalau aku tambah lagi beratnya?"

Rose dengan terampil turun ke tanah, dan menumpukkan batu lainnya ke punggung Usato-kun.

Bahkan saat kunyahannya membuat suara gigigi, Usato dengan tak gentar melanjutkan push-up dan senyuman terlihat di wajahnya saat dia melihat Rose.

            "Rasanya cukup bagus, ‘kan? Dia jadi sesuai serelaku, ya. Kalau sudah begini, sebentar lagi aku bisa melemparnya ke tempat itu.... Nn? Siapa kau?"

Semenjak Kazuki tiba, dia tak mampu berkata apa-apa pada apa yang dilihat di hadapannya.

Bagaimanapun, Usato-kun yang kami kenal tengah menatap tajam orang lain sembari melakukan berbagai jenis latihan yang gila.

Aku tak bisa menyalahkan dia karena mencoba lari dari kenyataan.

Namun, sang Pemimpin Kesatria; Sigris, memecahkan keheningan dan berjalan dengan marah menuju Rose.

            "Yooo, Sigris. Membawa keluar tuan putri dan pahlawan untuk jalan-jalan? Ada apa?"

            "Kau! Kau pikir apa yang tengah kau lakukan?!"

            "Ahh?"

            "Aku bertanya padamu apa yang tengah kau lakukan! Latihan seperti ini, yang kau lakukan hanyalah menghancurkan masa depan pemuda ini!!"

Sigris meninggikan suaranya dan meraih kerah bajunya Rose.

Luapan amarah Sigris bisa dimaklumi; perlakuan Rose terhadap Usato tidak bisa disebut latihan. Malah, itu terlihat seperti hukuman.

Sigris, masih memegang kerahnya Rose, mengangkatnya. Dia hanya menggunakan kekuatan cengkramannya, tapi kau bisa mendengar suara decitan sarung tangan kulitnya yang berada di bawah tekanan.

            "Lepaskan tanganmu dariku,"

Jawab Rose, tanpa ekspresi.

            "Aku tak menyukai kekesatriaanmu, tapi jangan memaksakan itu padaku. Aku juga punya caraku tersendiri dalam berbuat sesuatu. Lagian, aku berencana menjadikan orang ini sebagai tangan kananku, tahu? Akan merepotkanku kalau dia tidak bisa menangani sesuatu yang semudah ini."

            "Tangan kanan.... katamu?"

            "Betul, aku akhirnya menemukan seseorang serpti dia. Dia benci kalah, tidak pernah menyerah, dan selain itu, dia bisa mengikuti latihanku."

Aku tak bisa berbuat apa pun selain mundur selangkah saat melihat Rose. Pada sorot matanya, aku bisa melihat kehendak yang kuat dan tak tergoyahkan. Seandainya ada sesuatu yang ingin diraihnya, dia takkan berhenti untuk meraihnya.

Dengan kehendaknya tersebut, Sigris merasa ragu-ragu. Rose pun melepaskan diri darinya.

            "Kau ini membelot! Raja ingin mengembalikan Pasukanmu seperti sebelumnya, tapi kelihatannya tidak mungkin itu terjadi padamu."

            "Kahaha! Mata kananku sudah tak bisa dibuka lagi, jadi tentu saja tidak mungkin."

Rose menyatakannya sembari menunjuk bagian kanan wajahnya.

            "Berhentilah bicara omong kosong!"

Apa dia menolak kembali ke pasukan karena bekas luka pada matanya....?

            "Fuun...."

Sigris mendengus marah dan kembali pada kami. Dengn tampang yang prihatin, dia mendekati Seria.

            "Saya perlu sedikit menenangkan diri sebentar. Tuan Putri, tolong jangan menjauh dari Kazuki-sama."

            "Ba-Baik."

            "Begitu saya sudah tenang kembali, saya akan segera kembali."

Dia sadar jikalau dia tinggal di sini lebih lama lagi hanya akan jadi berkelahi dengan Rose. Dengan berpikir begitu, Sigris pun pergi ke hutan.

            "Yah, kelihatannya Sigris sudah pergi. Pahlawan dan tuan putri mempunyai urusan di sini, ‘kan?"

            "Aku ini bukan ‘benda’, tahu. Oi, apa maksudmu dengan menjadikanku tangan kananmu? Untuk merayakannya, gimana kalau aku memberimu pukulan dengan tangan kananmu sebagai hadiahnya, nih? Karena kau ingin tangan kanan, tolong terimalah dengan senang hati di wajahmu!"

            "Sebelum itu, bagaimana kalau aku memberimu hadiah sebagai gantinya?.... yah, itulah yang ingin kukatakan, tapi akau akan kembali dulu."

Usato-kun sudah siap memberikan pukulan tapi Rose berubah pikiran setelah melihat kami, dan mulai berjalan menuju rumah penginapan.

Saat sosok Rose menghilang ke kejauhan, kami mendekati Usato-kun yang barusan menurunkan pemberatnya.

            "Apa kau baik-baik saja, Usato-kun?"

            "Aku sih baik-baik saja tapi.... siapa orang ini?"

Usato memiringkan kepalanya ke arah Seria yang datang bersama Kazuki-kun.

            "Namaku adalah Seria Bluegust Lyngle. Tapi kau bisa memanggilku Seria, Usato-sama."

            "S-Sama..... selain itu Lloyd-sama....?"

            "Ya. Aku adalah putrinya."

Uasto-kun panik saat mendengar dia adalah putri raja. Dia mungkin tak terbiasa diperlakukan seperti ini oleh seorang gadis yang baru saja ditemuinya; terlebih lagi, oleh Tuan Putri Kerajaan Lyngle sendiri.

Kazuki-kun juga kaget saat mereka pertama kali berjumpa.

            "Tolong tenanglah, panggil saja aku secara biasa."

Usato ragu-ragu, tapi dengan enggan mengangguk.

            "Oh iya, latihan kalian berdua memangnya seperti apa? Yah, meski kurang yakin, tapi aku bisa tahu sih kalau kalian berdua sudah jadi lebih kuat....."

            ""........""

            "..... Eh, kok jadi pada diem gini?"

Aku tak bisa mengatakannya.

Kenyataan bahwa latihan kami tak seberat yang dilakukan Usato..... Tidak, lebih tepatnya, latihannya sangat mudah?

Nyatanya, jenis latihan yang kami lakukan sengaja dibuat dengan mempertimbangkan keselamatan tubuh kami. Terlebih lagi, latihan kami dibuat secara efisien, namun tetap terus meningkatkan kemampuan tempur kami yang sangat jauh berbeda dengan latihannya Usato. Jenis latihannya sangatlah berbahaya; diperuntukkan untuk melampaui batas-batas tubuh manusia. Itu adalah sesuatu yang hanya mampu dilakukan oleh para Healers yang bisa terus-terusan menyembuhkan dirinya sendiri.

Menurut kabar, sudah 3 minggu semenjak menyebarnya suatu latihan yang sedeng. Dia mungkin sudah melakukan ini sepanjang waktu tanpa henti.

Bukan berarti perawakannya terlihat banyak berubah. Namun, perkembangan dia selama ini terasa tidak lazim.... kupikir aku sudah mulai melihat sesuatu yang luar biasa.

Karena penasaran dan kalah akan godaanku, aku pun meraih ujung kausnya.

            "Usato-kun, maaf atas ketidaksopananku."

            "Eh? Ada apa Inukami-senpai.... tee, oou?!"

Aku menggulung baju Usato dalam satu gerakan.

Melihat ini, wajah Seria menjadi merah.

            ".... Begitu, ya."

Dia sudah dengan sengaja merusak otot-ototnya dengan melakukan latihan yang berlebihan, lalu memulihkannya secara paksa dengan sihir penyembuhan. Alhasil, serat-serat ototnya mempunyai kepadatan yang tinggi, daya tahan yang lebih besar, dan kemampuan untuk mengeluarkan lebih banyak kekuatan dari orang normal.

            "Aku sudah salah kira sebelumnya. Usato-kun..... kau punya otot-otot yang mengagumkan!"

            "Inukami-senpai, apa kau enggak suka?"

            "Tidak, tidak. Memikirkan kau sudah melakukan sebanyak ini dalam waktu yang singkat..... malah aku terkesan."

Tidak, bagaimana aku mengatakannya, ya.... itu sudah menggangguku untuk sampai sekarang ini.

            "Apa.... Apa yang terjadi pada Suzune-sama?"

            "Maaf Seria, bahkan aku juga tidak tahu. Terkadang, senpai memang suka seperti ini."

Mungkin dia mulai merasa terganggu, tapi Usato dengan paksa melepaskan tanganku dari dirinya.

Sedikit disayangkan, tapi untuk sekarang aku harus menyerah.

Aku tak ingin dia mulai membenciku.

            "Waa. Tapi, syukurlah kalian baik-baik saja."

            "Usato, kau kelihatan.... energik."

            “Hahaha, belakangan ini aku merasa berbeda."

Usato, yang terlihat sediki kelelahan, tertawa ringan.

..... kelihatannya dia bisa mengatasi latihannya, tapi aku penasaran apa dia sudah bisa beradaptasi dengan kehidupan di dunia ini.

Melihatnya yang begitu, kami sepertinya tidak perlu khawatir. Lalu, kami pun memutuskan untuk berjalan ke tempat lain sembari tetap mengawasi Sigris.

            "Yah, kelihatannya kekhawatiran kami sia-sia. Kami harus segera kembali."

            "Khawatir? Yah, terserahlah. Lain kali, akulah yang akan menunjungi kalian. Aku ingin melihat latihan di kastil juga."

            "To-Tolong datanglah....."

Saat Usato menatap kastil yang berada di kejauhan, Seria berbisik dengan suara pelan, "Orang yang baik" saat dia gemetaran.

Dia mungkin tak ingin menunjukkan padanya latihan di kastil karena Usato masih berpikir latihan kekesatrian dan Pasukan Penyelamat berada di level yang sama. Kemungkinan moral para kesatria akan turun juga.

Kami pun menyelesaikan obrolan kami dan memutuskan untuk mencari Sigris, tapi suatu sosok muncul dari hutan dan berjalan ke arah kami. Itu adalah pria raksaksa yang membawa sesuatu yang menyerupai kotak makan siang pada satu lengannya.

            "Orang itu....."

            "Apa itu kenalanmu, Usato?"

            "Oooi! Aku yang baik dan hebat ini datang mengantarkan bento buatmu!"

Aku melihat urat yang terbentuk pada dahinya Usato yang mendengar ucapan pria riang tersebut.

Biarpun kami baru kenal satu sama lain akhir-akhir ini, aku paham bahwa Usato adalah orang yang baik. Sekarang orang yang baik tersebut mempunyai ekspresi yang mirip dengan setan. Sesaat, kupikir aku bermimpi buruk.

Namun, kenyataan memang kejam.

Usato-kun menghentakkan kakinya menuju pria jangkung dan mulai meneriakkan kata-kata kasar padanya.

            "Lu punya nyali juga ya bawain bento gua?! Dasar tolol!! Kenapa enggak lu pake otak kecil lu itu, terus inget-inget apa yang terjadi minggu kemarin, kampret!!"

            "Aan!! Gua kagak ngarti lu ngomong apa! Coba pake kata-kata yang gampang supaya orang tolol macam gua ini ngarti, dasar tolol!!"

            "Kalo gua pake kata-kata yang gampang, bakalan jadi omongan bayi. Ahh gua paham Tong, sebenarnya lu itu kagak punya otak, dan kepala lu itu isinya cuma kapas doang!"

            "Dasar kampret—!"

            "Kepala Tong-kun isinya cuma kapas—"

            "Punya nyali juga lo ya ngejek gua.... maju sini!!"

            "Siapa takut!!"

            "A-Apa benar itu Usato?..... Eh, ah, ya? Saat ini, Usato tengah tertawa, dia bicara...."

            "Bertahanlah Kazuki-sama! A-Apa yang harus kita lakukan.... Suzune-sama!"

            "Neraka bahkan bisa mengubah hati seseorang..... kejam."

            "Apa ini benar-benar waktu yang tepat untuk berpikir begitu?! Sigris juga tidak apa-apa, tolong cepatlah dan bawa Kazuki-sama kembali ke kastil....!"

Saat kupinjamkan bahuku pada Kazuki-kun yang tatapannya kosong, aku menoleh ke belakang.

Dia tengah berkelahi dengan pria bertampang menakutkan, penampilannya yang sebelumnya nampak seperti bohong saja. Itu perubahan yang mendadak, tapi entah bagaiamana ini juga terlihat sangat alami.

            "Begitu, ya. Kelihatannya kau sudah menemukan tempatmu....."

Di dunia yang tak dikenal, dia bisa menemukan tempatnnya sebelum orang lain. Melihat ini, aku merasa sedikit iri.

⟵Back         Main          Next⟶

Related Posts

Chiyu Mahou no Machigatta Tsukaikata Volume 01 Chapter 05 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh