Monday, April 23, 2018

Chiyu Mahou no Machigatta Tsukaikata Volume 01 Chapter 03 Bahasa Indonesia



Chapter 03




Di hadapanku, ada 5 orang pria bertampang seram tersenyum lebar.

Sepintas, aku merasa tempat ini adalah tempat persembunyian bandit. Saat berpikir begitu, aku pun enggak tahan untuk melihat wajahnya Rose.

Rose-san......

            "Eng? Ada apa Usato? Aah, kau belum mengetahui nama-nama mereka, ya? Kalau begitu, perkenalkanlah diri kalian."

Percuma. Ini orang sama sekali kagak ngerti.

Entah kenapa, aku merasa ragu akan alasan wanita di depanku ini yang sama sekali enggak ketakutan dengan wajah para pria yang menakutkan ini.

.... Ah, begitu, ya. Dia ini pemimpinnya, jadi mungkin sudah terbiasa dengan wajah-wajah orang ini.

Para pria bertampang menakutkan itu pun mulai melingkar mengerumuniku. Mau apa mereka ini? Aku siap bersujud kapan pun kalian mau, lo?

            "Aku Tong, keahlianku melakukan desinfeksi. Salam kenal, anak baru."

Tong, si pria jangkung yang mencolok di depanku ini memperkenalan dirinya dengan suara rendah.

Karena senyuman anehnya Tong, aku enggak bisa berhenti berkeringat. Kupikir namanya juga menarik, karena biasanya itu adalah nama alat yang dipergunakan untuk mengambil daging.

Usai Tong, yang lainnya pun mulai memperkenalkan diri satu per satu.

            "Mill, salam kenal anak baru."

            "Alek, salam kenal anak baru."

            "Gomul, salam kenal anak baru."

            "Guld, salam kenal anak baru."

Aku nangis.

Aku sadar betul, bahwa siswa kelas 2 SMA yang nangis itu enggak keren banget.

Biar begitu, aku yakin siapa pun juga pasti bakalan nangis kalau berada dalam keadaan seperti ini.

Para pria bertampang menakutkan itu pun mengelilingiku dari segala arah untuk memperkenalkan diri mereka.

Upacara yang mirip penobatan ini sebenarnya apaan?!

Hanya orang-orang berhati bajalah yang enggak bakalan nangis dalam situasi macam ini!

            "Oi, kalian semua. Jangan membuat takut anak baru."

            "Ogoahh?!"

Salah seorang pria yang mengerumuniku, Tong.... sosoknya mendadak hilang.

Rose menerbangkan dia dengan tendangannya.

Rose terlihat kehilangan kata-kata dan menyuarakan kemarahannya pada keempat pria itu.

Terus terang saja, kau lah yang lebih menakutkan.

            "Aku tak keberatan kalau kalian jadi akrab tapi..... kalian paham, ‘kan?"

            "Rose-anego! Kami melakukan salam penyambutan dengan cara kami sendiri!"

Ini.... jadi maksud mereka, ini itu penyambutan?

Aku merasa kaget usai mendengar ucapannya si pria buntal, Mill. Orang pasti bakalan mudah salah paham dengan kerahaman macam ini, dan mereka juga enggak bisa menutupi gemetaran mereka. Lalu, Rose pun menerbangkan Mill dengan tendangannya, dan melototiku dengan mata tajamnya, macam mata binatang liar.

            "Hadeh, Usato. Orang-orang ini bukanlah Healers, mereka ini bawahanku. Pekerjaan mereka adalah untuk mengamankan orang-orang yang terluka dari garis depan. Dan selain aku sendiri, ada dua orang lainnya yang bisa menggunakan sihir penyembuhan. Tapi sayangnya, untuk sementara waktu ini mereka belum akan kembali. Selama saat itu, aku akan mengajarkanmu sihir penyembuhan."

            "Eh?"

            "Mana jawabanmu?"

            "Eh, baik!"

            "Bagus. Kalau begitu, kita akan mulai latihannya besok. Kamarmu..... Tong, masih ada tempat kosong di kamarmu, ‘kan?"

Kemauanku sendiri sudah ‘melayang jauh’ ke tempat lain, ya?

            "Di kamar itu hanya ada saya sendiri."

            "Baguslah, sisanya kau bisa tanyakan pada orang ini. Sekarang sudah malam, kalian boleh pergi tidur."

            """Yaaa"""

            "Ya...."

            "Ikut aku, akan kuantar kau ke kamarmu."

Mengikuti Tong, dia pun mengantarku ke kamarku.

Kamar tersebut hanyalah kamar asrama biasa.

Enggak berantakan ataupun ada benda yang bergeletakan.

Terasa sangat jauh berbeda dengan kamarku sendiri, lalu aku pun duduk di tempat tidur.

Kupikir bakalan ada rantai atau penyemprot api yang bergelatakan di sekitar.

            "Oi, anak baru."

            "Ada apa, pak?"

            "Tidak usah bicara begitu padaku, bicara seperti biasa saja."

            "..... Baiklah."

Tiba-tiba dipanggil oleh Tong, tubuhku berekdut dan menjawabnya. Orang ini sangat jangkung, makanya dia punya aura yang mengintimidasi. Cuma mengobrol dengannya saja sudah membuat alat pengukur ketahanan fisikku segera terkuras habis.

Tong melemparkan pakaian kerja yang kelihatan sederhana ke arahku, dan dengan blak-blakan berkata,

            "Gunakan pakaian itu untuk berlatih. Ada 3 setelan pakaian atas dan bawah yang berbeda, padukan dan cocokkan saja sesukamu. Toiletnya tidak jauh di depan pintu kamar ini. Buat lebih jelasnya, aku yakin anego akan memberitahumu....."

            "Ma-Makasih."

Seperti yang bisa diduga, aku enggak bakalan bisa terus-terusan memakai seragam sekolahku, jadinya aku bersyukur bisa mendapatkan pakaian-pakaian ini. Untuk sekarang, aku harus mengganti dulu seragam sekolahku.

Menghadap Tong, dia sudah berbaring di tempat tidurnya dengan menghadap ke arah yang berlawanan denganku.

            "Latihannya pasti akan sulit, jadi cepatlah tidur. Terutama latihan untuk Healers..... besok akan menjadi neraka."

            "Ne-Neraka?"

            "Sihir penyembuhan bisa digunakan untuk menyembuhkan lukamu sendiri.... kau sendiri pasti tau apa maksudnya itu."

            "......"

Dengan kata lain, enggak peduli cedera macam apa yang kudapat, aku masih harus melanjutkan latihannya.

Rasanya darah terkuras dari wajahku, dan aku yakin sekarang ini wajahku pucat.

Aku bisa menyembuhkan lukaku sendiri. Aku sadar takkan punya waktu istirahat. Tapi Rose-san adalah pemimpin Pasukan Penyelamat, biarpun hanya sedikit..... aku ingin mencoba mempelajari sihir penyembuhan darinya.

            "Bisa kau memberitahuku lebih banyak soal Healers?"

Aku diculik ke sini untuk mempelajari sihir penyembuhan.

Biarpun enggak sesuai dengan keinginanku, ini kesempatan yang bagus. Kalau aku bisa membantu Kazuki dan Inukami-senpai, aku pasti bisa jadi orang yang berguna buat mereka di perang ini.

            "Aah?.... Apa boleh buat. Healers, kalau dikatakan secara baiknya, adalah penyihir yang ahli soal memulihkan. Kalau dikatakan secara buruknya, adalah penyihir yang tidak terampil."

            "Enggak terampil?"

            "Tidak bisa menggunakan sihir serangan. Selalu jadi incaran utama musuh selama pertempuran. Beberapa tahun lalu, Healers dipandang sebagai bahan hinaan dan cibiran. "Sihir penyembuhan tidak berguna". Itulah yang selalu dikatakan saat itu."

Kalau enggak salah, biasanya setiap penyihir bisa menggunakan mantera pemulihan untuk menyembuhkan diri mereka sendiri, setidaknya sampai melakukan pertolongan pertama.

Kalau begitu, wajar dalam pertarungan Healers dijadikan sasaran utama karena hanya bisa menyembuhkan dan enggak bisa melawan balik.

Bahkan saat main gim saja, aku selalu mengalahkan musuh yang bisa menyembuhkan dulu.

            "Kenyataannya sih, aku juga berpikir begitu. Healers yang tak bisa menggunakan sihir penyerangan hanyalah cecunguk..... benar, biasanya aku berpikir begitu."

            "Biasanya?"

            "...... Kayaknya aku terlalu banyak bicara. Ayo kita tidur."

            "Eh? Masih ngegantung."

            "Bersik, cepat tidur sana!! Tolol!!"

Teriak Tong padaku sembari berbaring.

Enggak usah pake teriak juga kali.

Sakit hati kalau diteriaki, aku pun naik ke tempat tidur sembari meneteskan air mata dan mempersiapkan diri untuk latihan besok.

            "Sihir penyembuhan, ya. Katanya akan menjadi neraka, tapi sama sekali enggak kebayang......"

Suatu sihir untuk menyembuhkan orang lain.

Dari pembicaraan sejauh ini, begitulah cara sihirku digunakan.

Tapi dari omongannya Tong, latihan spesial untuk sihir penyembuhan besok kayaknya enggak bakalan sesederhana itu.

Biarpun begitu, aku punya kesempatan untuk mengendalikan sihirku sendiri...... sekalipun enggak sesuai dengan yang kuinginkan.

Besok, aku akan berjuang sebisaku.


⟵Back         Main          Next⟶



Related Posts

Chiyu Mahou no Machigatta Tsukaikata Volume 01 Chapter 03 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh