Sunday, March 11, 2018

The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 09 Bahasa Indonesia



Chapter 09 – Dimulainya Pertarungan Kematian ③



Usai beristirahat dengan baik pada paha empuknya Hamakaze, aku pun duduk di dekat tangga yang menuju ke lantai 59.

Ia duduk di hadapanku. Kami berada di dekat tangga, sehingga kami bisa kabur kalau terjadi sesuatu yang tak terduga.

Akan kuringkas kejadian yang kudengar dari Hamakaze.

Dia memembawa bagian bawah tubuhku dan lari. Dia bilang saat aku mati, musuh pun berhenti menyerang.

Dia juga bilang kalau sosok yang membunuhku terlihat serupa dengan manusia.

            "Apa kau yakin itu yang kau lihat?"

            "Ya. Daichi, yang membunuhmu bukanlah demon. Itu sama seperti kita"

Seorang manusia. Di kebanyakan dungeon, itu tak terlalu mengejutkan. Bagaimanapun juga, ada banyak orang yang bekerja sebagai petualang.

Akan tetapi, di Regal Den seharusnya tak ada banyak para petualang, apalagi di lantai 60 yang belum terjelajahi.

Yah, mari anggap apa yang dikatakan Hamakaze sejauh ini benar.

Kalau harus kukatakan apa itu membantu situasi kita saat ini, aku akan bilang tidak.

            "Kalau itu manusia, mungkin mereka akan membiarkanku lewat jika kau berbicara padanya?"

            "Tidak, kurasa tidak akan semudah itu"

Kalau mereka tak ingin menyerangku karena suatu alasan, aku ragu mereka akan langsung menyerangku dengan permusuhan seperti itu. Wajar kalau kau berhati-hati terhadap seseorang yang tak kau kenal, tapi mereka menghampiriku dengan berniat untuk membunuhku sebelum aku mempunyai kesempatan untuk melakukan atau mengatakan sesuatu.

            "Setidaknya, aku tak berpikir seseorang yang disegel seperti itu akan mempunyai sifat yang baik"

            "Ya.... itu benar"

            "Yang jelas, apa pun yang membunuhku mulai sekarang akan menjadi penting"

Kekuatan yang dimilikinya sangatlah hebat. Bila dibandingkan, para demon yang telah kami lawan sejauh ini tak layak diperhitungkan. Kekuatannya sangalah berbeda.

            "Apa maksudmu?"

            "Kalau aku bisa mengalahkan dan menjadikannya pelayan yang kuat, menaklukan dungeon pun seharusnya akan jadi jauh lebih mudah. Bisa dibilang kalau kita berhasil membunuhnya, maka kita akan berhasil menyelesaikan dungeon-nya"

            "Aku penasaran, apa dungeon di sini ada untuk menyegelnya?"

Hamakaze menerima pendapatku dan tak membantahnya. Sebaliknya, dia memberitahu sesuatu yang kulewatkan.

Sungguh, mempunyai orang lain yang bisa memberitahukan hal-hal yang kulewatkan sangatlah membantu. Bukannya aku ini sempurna, hanya orang bodoh sajalah yang mengabaikan pendapat orang lain. Budak atau apa pun itu, akan kugunakan apa yang kudapatkan.

            "Kedengarannya masuk akal. Lagian, hanya ada satu cara bagi kita untuk pergi"

Memang mudah untuk mengatakannya, tapi akan jadi rintangan yang sangat sulit untuk diatasi.

Tapi, tak mungkin aku berhenti di sini. Aku harus menghajar si brengsesk Samejima.

            "Hamakaze. Bagaiamana aku mati? Apa yang membunuhku? Beritahu aku apa pun yang kau ingat"

Saat aku berkata begitu, Hamakaze membuat gambaran di tanah menggunakan jarinya, menjelaskan padaku saat dia pergi.

            "Lalu kau pun tiba-tiba terjatuh ke tanah layaknya batu, Daichi. Setelah itu...."

            "Aku mati?"

            "Ya. Sisanya seperti yang kukatakan sebelumnya"

Itu. Aku kepikiran tepat saat di sana.

Kenapa musuh mengabaikan Hamakaze yang melakukan itu?

Sebagai orang yang membawaku, dia seharusnya juga berada dalam jangkauannya musuh.

Apa ada alasan tertentu....?

Kalau itu aku, aku pasti takkan melewatkan kesempatan itu. Aku pasti akan membunuhnya.

Kenapa tak menyerang.... mungkin bukan karena tak bisa menyerang?

Ruangan itu disegel dengan rapat oleh rantai. Supaya makhluk yang berada di dalam ruangan tak bisa keluar.

Tapi Hamakaze bisa dengan mudah menghancurkannya menggunakan sihirnya.

            "..... Huh?"

Aku merasa ada sesuatu yang aneh.

Kalau rantai yang menyegelnya itu cukup lemah untuk dihancurkan oleh sihir tingkat roh, seharusnya makhluk itu bisa keluar sendiri.

Namun tetap saja tak bisa pergi.

Dengan kata lain, mungkin rantai itu bukan satu-satunya yang menghentikannya dan ada sesuatu yang mencegahnya untuk menggunakan kekuatannya di luar ruangan?

Semua potongan-potongan itu mulai bisa dipahami.

            "Hamakaze. Di mana tubuhku saat aku mati?"

            "Mayatmu? Tepat di dalam pintu masuk.... kenapa? Apa kau kepikiran sesuatu?"

            ".... Tidak, ini cuma firasat saja. Cuma firasat..... tapi kurasa ini benar"

Makhluk itu tak bisa meninggalkan ruangan. Tak bisa melakukan apa pun di luar ruangan.

Kalau begitu, aku punya banyak strategi yang bisa kupakai.

            "Makhluk itu membunuhku..... aku harus membalasnya, bukan?"

Aku berdiri dan menepuk-nepuk debu di celanaku. Hamakaze yang sudah merapikan dirinya pun berdiri di sampingku.

            "Ayo bunuh monster itu"

            "Seperti yang kau inginkan, Daichi"

Kami pun pergi untuk mengumpulkan barang-barang yang dibutuhkan supaya bisa menerapkan strategi yang kurencanakan.

⟵Back         Main          Next⟶






Related Posts

The Forsaken Hero - Volume 01 - Chapter 09 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh