Sunday, March 5, 2017

Yuusha-sama no Oshishou-sama Chapter 25 Bahasa Indonesia



Chapter 25

Tempat Kau Berada



            “Aku tidak ingin mati. Aku tidak ingin mati. Aku tidak ingin mati...”

Dia terus bergumam dengan suara yang pelan.

Seorang gadis sedang memeluk pedang yang tingginya sekitar tinggi badannya, berjongkok di lantai sambil terus bergumam.

Air mata mengalir dari matanya.

Dia merindukan tempat itu.

Dia ingin kembali, tapi dia tidak bisa kembali.

‘Kenapa aku ada di sini?’

‘Mengapa kita harus bertarung?’

‘Mengapa......? Mengapa.....?’

Tangannya, kakinya, seluruh tubuhnya tidak berhenti gemetar. Giginya telah menggigil sampai sekarang. Jantungnya berdebar-debar, seolah-olah akan meledak. Meskipun cuaca di hari musim panas itu khusus, ia merasakan dingin yang tak tertahankan.

Gadis kecil itu meringkuk seperti bola yang kecil, menggenggam pedang dengan erat. Dia telah menemukan sebuah ruangan kecil di benteng. Itu seharusnya adalah ruang penyimpanan. Ada banyak instrumen, yang tidak dia ketahui cara menggunakannya, tersimpan secara sembarangan dalam ruangan.

Di ruang penyimpanan yang kecil, ia sendirian di sudut.

Gadis itu menggigil ketakutan.

Di sana, dia bisa menangis tanpa ditemukan oleh siapapun. Dari luar, dia bisa mendengar orang-orang menangis, dan orang-orang berteriak marah. Sebuah desa yang damai tiba-tiba diserang oleh segerombolan monster. Di bawah perintah Raja Iblis, iblis dan monster menyerang sebuah desa yang tak berdaya.

Beberapa penduduk desa melarikan diri, tidak mampu bertahan, memiliki punggung mereka robek oleh cakar yang tajam, sementara yang lainnya tergeletak di tanah, saat bagian bawah tubuh mereka telah dimakan, dan isi perut mereka tumpah keluar.

Berkat prajurit yang telah dikirim dari benteng yang dibangun di dekat desa sebelumnya, beberapa warga desa berhasil melarikan diri ke arah benteng. Namun, ada banyak korban saat mereka melarikan diri ke benteng. Banyak prajurit kehilangan nyawa mereka, selama melindungi penduduk desa.

Pada perintah kesatria, untuk mengulur waktu bagi penduduk desa yang masih tersisa untuk melarikan diri, bertarung mati-matian, dan mati dalam pertempuran. Dengan pengorbanan yang besar, mereka mampu untuk berlindung di dalam benteng; akan tetapi, benteng ini sekarang sedang dikepung oleh monster.

Ada beberapa prajurit yang tersisa, tapi mereka semua terluka. Kadang-kadang, mereka akan mendengar suara dari monster besar yang membenturkan tubuhnya pada gerbang benteng.

Tanpa perintah kesatria, para prajurit hanya bisa menggenggam senjata mereka, menunggu saat ketika pintu gerbang rusak. Jika monster benar-benar serius ingin menghancurkan benteng, maka monster seharusnya terbang di atas pintu gerbang, atau dengan menggunakan sihir, iblis seharusnya sudah bisa menghancurkan gerbang. Tapi untuk alasan tertentu, mereka secara khusus membiarkan seekor monster domba besar untuk menghancurkan benteng.

Mereka sedang menikmati diri mereka sendiri.

Mereka sedang menikmati ketakutan dari manusia yang tak berdaya yang sedang berlindung di dalam benteng.

Semua orang sedih pada kenyataan bahwa orang yang mereka cintai akan dibunuh.

Jika semua monster pergi keluar, benteng dan para penduduk tidak akan mampu bertahan, dan akan dikerumuni.

Pada jangkawaktu itu, itu bukanlah hal yang biasa bagi kota, desa, dan bahkan benteng untuk

tumbang. Itu adalah waktu ketika Pasukan Raja Iblis membawakan keputusasaan. Itu bukan kejadian yang langka pada masa itu, tapi pada benteng ini, sesuatu yang berbeda telah terjadi.

Itu hanyalah sebuah rumor.

Namun—

Mata semua orang tertuju pada menara utama benteng.

Di sana, ada sebuah keberadaan yang membawa harapan bagi dunia. Setelah melakukan perjalanan selama beberapa hari, mereka telah bermalam di sebuah penginapan, dan kebetulan berada di sana pada waktu itu.

Itu adalah salah satu yang telah ditunjuk oleh Dewi Anastasia sebagai Brave.

Di tengah keputusasaan memikirkan kematian yang berasal dari monster yang sedang mendekati, keberadaannya adalah secerah harapan bagi orang-orang itu. Itulah sebabnya, dalam tujuan untuk memenuhi harapan mereka, gadis itu sendirian di dalam gudang, terjebak dalam kurungan. Dia tidak bisa membiarkan orang lain melihat bahwa dia bergemetar dari rasa takut akan kematian seperti mereka.

Karena dia adalah harapan mereka...

            “... Leticia?”

Namanya dipanggil dari luar ruangan.

            “Leticia, mereka hampir di sini”

            “... Baiklah”

Dengan anggukan kecil, ia menyeka air matanya dengan punggung tangannya. Dia berdiri, menggenggam pedangnya. Ruangan jendela itu tidak cerah, sehingga cahaya menyelinap melalui pintu yang terbuka—dia menyadari bahwa tangannya bergemetar.

            “... Tunggu sebentar”

Setelah dia berkata begitu, dia melafalkan sihir cahaya dengan suara pelan yang bergemetar. Saat ruangan cerah, Leticia mengambil napas dalam-dalam. Tangannya yang menggenggam erat pedang bergemetar. Dia tidak bisa menunjukkan penampilan memalukan yang ketakutan di depan orang lain. Karena dia adalah sang Brave. Sebuah cahaya bagi orang-orang. Harapan terakhir manusia terhadap invasi Raja Iblis. Karena dia adalah sang Brave, Leticia van Mavis.

Namun—

            “Aku ingin kembali, tolong aku... Onii-chan,”

Gumamnya dengan suara yang berlalu dengan cepat.

Dia teringat teman masa kecilnya, yang ditinggalkan di ibukota. Dia, yang maju lurus menuju mimpinya. Satu-satunya yang membawa cahaya padanya ketika dia ditelan dalam kegelapan. Setelah memikirkan dia, ketakutan itu hanyut dari hatinya, dan digantikan oleh kehangatan; perasaan yang lembut.

Secara misterius, jantungnya yang berdebar-debar sudah menjadi tenang. Dia melihat kedua tangannya. Tangan dan kakinya sudah berhenti bergemetar. Dia sekarang sudah baik-baik saja.

Dia membuka pintu pada ruang penyimpanan dan keluar. Pendamping Leticia, Tiara Sukiyurusu Belfa berdiri di luar.

            “Kita tidak bisa melancarkan serangan sebelum gerbang tertembus. Itu situasi yang buruk”

Leticia menyetujui perkataan Tiara dengan sebuah anggukan, dan mulai berjalan keluar dari menara. Langkahnya tidak menunjukkan kepanikan dan ketakutan seperti sebelumnya.

            “Tunggu sebentar”

Akan tetapi, Tiara, elf yang cantik sedikit mengerutkan wajahnya, mengangkat tangan kanannya pada wajah Leticia.

            “A—apa?”

            “Leticia... apakah kau menangis?”

Tiara mengangkat tangannya, saat pipi Leticia menjadi agak kusam.

            “Sihir penyembuhan bukanlah titik kekuatanku, tapi kau seharusnya tidak berdiri di hadapan semua orang dengan wajah semacam itu”

Cahaya sedikit memudar.

Dia telah menyembuhkan mata Leticia, yang bengkak karena air mata.

            “Apa kau baik-baik saja?”

Leticia berpaling dari Tiara, yang khawatir tentang wajah Leticia, dan berjalan menuju keluar.

            “Aku baik-baik saja. Karena aku adalah Brave... tapi, terima kasih.”

Dia membisikan kata-kata terima kasih.

Dengan punggung yang lurus, matanya menghadap ke depan, ia berjalan keluar dari menara, tidak ada tanda keraguan dari cara berjalannya.

            “Itu benar... kau adalah sang Brave, Leticia”

Dia adalah Leticia.

‘Tolong, bantu kami, Leticia-sama

Semua korban, pria, wanita, orang tua, bahkan prajurit benteng, memandang ke arah Leticia. Wajah mereka menunjukkan ketakutan mereka pada teriakan yang mereka dengar dari luar, dan diwarnai dengan kelelahan. Mereka yang putus asa itu semuanya menatap Leticia.

Kemudian, dari keputusasaan di mata mereka, berubah menjadi sebuah harapan kecil. Orang yang memegang gelar sebagai “Brave” hanyalah seorang gadis sepuluh tahun. Namun, dia masih menunjukkan senyuman yang indah pada wajahnya yang cantik. Setelah melihat senyuman hangat dari Mavis sang Brave dalam situasi tanpa harapan ini, ketakutan mereka telah berubah dengan sedkit harapan. Dia berdiri di hadapan mereka, dan dengan keanggunan yang tidak sesuai dengan usianya, dia menarik pedangnya.

            “Aku akan memimpin barisan depan! Tiara akan melindungi kita dengan sihir. Para prajurit tembak mereka dengan panah! Ikuti aku!”

Dalam keheningan, perkataan Leticia itu menyebabkan kegemparan. Pada kata-katanya, semangat kembali pada mata mereka. Setelah memastikannya, Leticia mulai melafalkan mantra sederhana.

[Limpahkanlah kekuatan kepadaku...]

Dia menggunakan sihir untuk memperkuat tubuhnya. Itu adalah pertempuran pertama Leticia dengan nyawa sebagai taruhannya. Dia menendang tanah dan melambung tinggi ke udara. Kakinya yang telah diperkuat dengan mudah membawa tubuhnya yang ringan ke atas gerbang benteng. Dia berdiri di atas benteng.

Di hadapan matanya, segerombolan monster yang besar berdiri dalam keadaan bersiaga. Ada iblis yang terlihat seperti manusia, dan binatang iblis. Melihat monster mengerikan berteriak-teriak menanamkan rasa takut pada orang-orang. Akan tetapi, Leticia memandang monster tanpa mengubah ekpresinya.

            “Kita dikelilingi oleh monster yang tidak diketahui berapa banyak jumlahnya”

Tidak seperti Leticia, Tiara menggunakan sihir untuk mengapung di udara untuk ke atas pintu gerbang, di samping Leticia. Telinga elf yang panjang sedikit bergerak-gerak. Bahkan ia tidak bisa menyembunyikan rasa takutnya setelah melihat banyaknya monster. Setelah mereka, para prajurit yang bisa bertarung naik ke benteng.

            “Apa-apaan dengan jumlahnya itu.....?”

            “Bukankah tidak ada cara agar kita bisa menang, ‘kan?”

            “Tidak! Aku tidak ingin mati!”

Keputusasaan kembali pada mata mereka.

Pada saat itu, Leticia mengambil napas dalam-dalam.

            “Dengarkan ini, iblis!”

Suara Leticia menggema.

Pada saat yang sama, ia melepaskan kehadiran yang menakutkan, tidak dapat mengabaikan aura yang telah dia keluarkan, baik manusia dan iblis sama-sama menatapnya. Di atas benteng, seorang gadis terlihat mencolok di antara manusia yang lemah. Namun, dia mengeluarkan kehadiran yang mengesankan, itu tidak seperti yang lainnya, dia adalah keberadaan yang tidak bisa diabaikan.

            “Namaku adalah Leticia van Mavis. Orang yang akan membantai para iblis! Bagi kalian yang memiliki kecerdasan, jika kalian dapat kembali hidup-hidup, laporkan ini kepada Raja Iblis! Ketahuilah nama orang yang akan menanamkan ketakutan pada kalian semua! Namaku adalah Leticia van Mavis, sang Brave!”

Bayak raungan yang tedengar sebelum tidak lagi menjadi terdengar. Kecerdasan iblis dan binatang iblis, tidak ada apa-apanya selain dorongan untuk pembantaian, yang diambil oleh aura yang dia pancarkan. Keheningan menutupi area itu.

Kemudian, Leticia mengangkat tangan kirinya, yang tidak memegang pedang, ke udara, dan membisikan sesuatu.

Sebuah cahaya kecil muncul dari telapak tangannya, dan dengan cepat membesar. Pada saat berikutnya, dia mengayunkan tangannya ke bawah, dan pada saat yang sama, bola cahaya terbagi menjadi puluhan bagian, sebelum turun menghujani para monster. Banyak ledakan yang hebat bisa terdengar.

Kemudian, diikuti dengan jeritan kematian para monster.

            “Aku pergi!”

Berteriak dengan semangat, Leticia melompat turun dari benteng. Dia langsung berlari melalui debu yang dihasilkan oleh ledakan. Muncul dari dalam kepulan debu, dia menikam monster dengan tubuh ular dan kepala seperti serigala.

Banyak monster yang berteriak kesakitan saat mereka mati. Darah dari monster berhamburan di udara. Mencium itu, monster di sekitarnya menyadari Leticia, dan memfokuskan rasa kebencian mereka terhadap dirinya.

Dengan kekuatan yang melampaui manusia, sihir yang kuat dapat dengan mudah mendatangkan malapetaka dan kekejaman, naluri pertempuran mereka mengatasi intimidasi dan menyerangnya dengan taring mereka.

Binatang iblis berkaki empat memiliki gerakan yang luar biasa dan dorongan sederhana bisa membantainya, dan satu per satu, mereka semua menyerang Leticia. Namun, para iblis yang cerdas seperti manusia, tanpa memperhatikan monster yang merupakan sekutunya, menembakan sihir pada kerumunan.

Itu adalah pertempuran yang sangat tidak seimbang dari satu orang melawan banyak monster. Meskipun di sisi lain dia berada di atas angin. Namun, Leticia memotong monster yang mencoba untuk menyerangnya, senjatanya memotong melalui monster seperti mentega.

Ketika dia tidak dapat menghindari mantra, ia akan menggunakan monster sebagai tameng. Dalam beberapa saat, ia menjadi basah kuyup dengan darah monster. Dihasut oleh bau darah, banyak monster yang menyerang. Monster yang jauh lebih besar dari tubuh Leticia yang kecil, dan binatang iblis berkaki empat yang memanfaatkan kelincahan mereka, semua berubah menjadi mayat. Tidak ada yang tahu berapa banyak waktu yang telah berlalu sejak awal pertempuran?

Untuk menghindari monster yang menyerang Leticia, prajurit mengincar monster yang jauh dari Leticia, saat panah mereka habis, mereka hanya mengamati permtepuran dengan kagum. Bahkan Tiara, yang menggunakan sihir yang kuat untuk membombardir monster, sudah kehabisan daya sihirnya, dan mengamati pertarungan Leticia, selama napasnya menjadi berat.

Bahkan setelah mengalahkan begitu banyak dari mereka, aliran monster yang tak berujung terus menyembur ke depan.

            “Guh...”

Lengan kiri Leticia tergores oleh cakar monster, dan berdarah.

Dia sangat kelelahan.

Napasnya menjadi tak teratur.

Meskipun lengan kirinya sangat terluka, dia tidak mengatakan sepatah kata pun. Cakar itu seharusnya mempunyai racun. Dia berpikir bahwa itu beruntung karena hanya melumpuhkan sebagian dari tubuhnya.

            “AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHH!!!!!!”

Mengayunkan pedangnya dengan tangan kanannya sambil berteriak, Leticia menebas para monster, dan mencari target lain.

Namun—

Ketika dia sadar, tidak ada lagi monster di sekelilingnya. Di beberapa titik, monster yang mengepungnya telah menarik diri dari jangkauan pedangnya. Ketika dia melangkah maju, monster yang berada di hadapannya melangkah mundur. Monster yang tidak tahu apa-apa selain pembantaian, ketakutan. Orang-orang yang berkumpul di benteng melihatnya, dengan mulut terbuka lebar, pada pemandangan yang tidak biasa ini.

‘Sekarang!’

Ujung pedang Leticia bersinar.

Sama seperti di awal pertempuran, bola cahaya dengan cepat membesar.

‘Lebih, lebih, dan lebih banyak kekuatan!’

Melepaskan sisa kekuatan sihir pada mantra, itu membesar ke titik yang lebih besar dari dirinya.
Para monster memahami secara alami.

Bola cahaya itu memiliki kekutan sihir yang hebat. Itu menandingi, atau bahkan mungkin melebihi kekuatan Raja Iblis. Mnonster yang berada di hadapan pedangnya perlahan mundur—dan kemudian mulai lari ketakutan. Dengan itu sebagai tanda, monster yang mengepung benteng juga melarikan diri.

Kemudian—

            “AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHH!!!!!!!!!!!!”

Leticia berteriak sambil menembakan bola cahaya, yang menghajar para monster di depannya. Dunia bermandikan kilatan cahaya yang terang. Ada suara gemuruh menulikan telinga dan cahaya yang menyilaukan. Akhirnya, saat bunyi gema berhenti, dan pandangan mereka kembali, orang-orang melihat pemandangan yang luar biasa di hadapan mereka. Tanah terhempas lurus sepanjang cakrawala. Bagian atas gunung di hadapan mereka telah hilang. Di jalur lurus itu, tidak ada sisa-sisa monster, tubuh mereka telah benar-benar musnah. Pada lekukan tanah berdiri seorang gadis yang sedang memegang pedang di tangan kanannya.

Rambut pirang indah yang berkilaunya itu berubah menjadi gelap oleh cairan dari monster, dan pakaiannya, yang terbuat dari kain terbaik juga telah kotor,

            “Kita menang... Kita selamat”

Semua orang berbisik.

Namun, tidak ada letusan kegembiraan.

Akhirnya, sambil memegang lengan kirinya yang terluka dan menyeret kainya di tanah, gadis kecil yang memegang gelar sebagai “Brave” berjalan kembali ke benteng.

            “Orang itu... apakah dia benar-benar.... manusia?”

Seseorang berbisik.

Suara itu bergema dengan canggung dalam keheningan.

Pertempuran telah selesai, dan Leticia kembali dengan kemenangan melalui pintu samping. Penampilan yang ditujukan pada Leticia sama dengan yang ditunjukan oleh Keluarga Ducal saat dia mengalahakan kesatria.

‘—Apakah dia benar-benar manusia? Apakah dia serorang iblis yang menyamar? Monster...’

“Leticia, wajahmu buruk sekali. Kau harus membasuhnya”

Tiara mengulurkan kain bersih dan ember yang berisikan air. Dengan tenang menerimanya, ia menyeka kotoran dari wajahnya. Air sekarang telah menjadi kotor, tapi ia terus membasuh wajahnya, tangan dan kaki.

            “Terima kasih, Brave-sama. Atas nama semua penduduk desa yang selamat, saya mengucapkan terima kasih”

Dengan suara gemetar, orang tua mengucapkan terima kasih. Dia pasti kepala desa dari salah satu desa yang telah diserang. Bertentangan dengan kata-kata terima kasihnya, seluruh tubuhnya bergemetar. Menundukkan kepalanya, dia terburu-buru kembali ke kerumunan para penduduk desa.

            “Keberadaan Brave-sama berbeda jauh dengan kami”

            “Orang itu tidak berbeda jauh dari monster”

Meskipun mereka pikir dia tidak bisa mendengar suara pelan mereka, Leticia bisa mendengarnya.

            “Nee, Tiara”

            “Ada apa?”

            “Besok, kita akan pergi. Dengan aku di sini, mereka tidak akan bisa tenang”

            “Leticia...”

Baginya, itu adalah ekspresi yang jarang untuk diperlihatkan pada wajahnya, ekspresi yang sedih. Lebih rendah dari Tiara, Leticia menunduk ke dalam ember berisi air yang kotor. Dia terus berbicara tanpa perasaan.

            “Bagaimanapun juga, ada banyak orang di dunia yang telah diserang oleh monster. Kita harus mencoba untuk mengalahkan Raja Iblis secepat mungkin”

            “Leticia”

            “Dan juga, mulai dari sekarang, bisakah kau memanggilku Mavis di depan semua orang?”

            “Leticia!”

Tiara merangkulnya dalam pelukan yang lembut. Untuk seseorang yang bisa menghajar monster seperti itu, dia memiliki tubuh yang langsing.

Tubuhnya bergemetar.

            “A—Aku bukan monster, ‘kan?”

            “Ya”

            “Leticia sama sekali bukan monster. Itu sebabnya kami memanggilmu Brave Mavis”

            “Begitukah”

            “Aku ingin kembali... Aku ingin bertemu denganmu... Onii-chan

Memeluk Tiara, Leticia menangis, saat penduduk desa memandang dari kejauhan. Itu adalah pertempuran yang terjadi di sebuah desa dekat benteng. Melawan invasi iblis, manusia telah meraih kemenangan pertama, dan pertempuran itu menjadi awal dari legenda Mavis sang Brave.

***

            “Ini, Onii-chan

            “Ah, terima kasih”

Menerima handuk, Wynn menyeka keringatnya sambil melihat Leticia. Sama seperti empat tahun yang lalu, sebelum dia berangkat untuk melakukan perjalanannya, Leticia berdiri di samping Wynn.
Hanya dengan itu, wajahnya melembut.

Itu adalah tempat yang dia kenali.

Dia mengambil air dari tong dengan ember dan mencuci handuk. Setelah sedikit memerasnya, ia, sekali lagi, memberikan kepadanya.

            “Kesejukannya terasa enak. Terima kasih, Leti”

            “Sama-sama”

Dia tersenyum dengan senang.

Mereka bertemu kembali di sekolah.

Dia sering mengunjungi kamar asrama di mana Wynn tinggal. Di halaman di depan asrama, ia menyerangnya dengan serangan kejutan untuk memamerkan kekuatanyaa saat ini.

Namun—

Dia telah kembali ke tempat itu, halaman kecil di belakang Wandering Bird’s Mistletoe.

            “Ada apa, Leti?”

Dia menyadari bahwa air mata mulai mengalir dari matanya. Itu mengalir di pipinya, dan jatuh dari dagunya.

            “Apa ada sesuatu yang terjadi? Jika ada sesuatu yang tidak beres, apakah kau ingin membicarakannya?”

            “Tidak, tidak apa-apa”

Dia mengusap matanya.

Sekali lagi, matanya membengkak.

Tapi hari ini, tidak harus menyembunyikannya dengan sihir penyembuhan.

            “Aku hanya merasa sangat beruntung, sangat senang, bahwa air mata mengalir keluar”

            “Begitukah”

            “Ya. Tapi pertama-tama, aku pulang. Menyambut seperti biasa ketika seseorang pulang, apakah dari sekolah, atau perjalanan untuk menyelamatkan dunia, atau lebih seperti yang mereka katakan itu setelah pengembaraan untuk tanda telah kembali ke kehidupan yang normal...”

Berkata begitu,  ia tersenyum pada Wynn.

            “Umm, aku tidak terlalu mengerti, tapi... Selamat datang kembali? Leti...”

Leticia dengan lembut mengulurkan tangannya pada Wynn.

Selama empat tahun, dia tidak bisa menyentuh salah seorang yang paling dicintainya. Itu adalah beban yang luar biasa.

            “Ada apa, Leti?”

Terkejut, wajah Wynn mulai memerah karena Leticia benar-benar berada di dekatnya. Bertindak manja, Leticia merapatkan diri padanya, tapi—

            “Oh maaf”

Dia merasakan bahwa Locke dan Cornelia berdiri di sana, melihatnya. Keduanya tak bergerak, menunjukkan eskrepsi yang canggung di wajah mereka, saat teman mereka menggaruk kepalanya.



⟵Back         Main          Next⟶


Related Posts

Yuusha-sama no Oshishou-sama Chapter 25 Bahasa Indonesia
4/ 5
Oleh

2 komentar

March 6, 2017 at 3:39 PM delete

Wuahahahaha
Di tunggu chapter selanjutnya

Reply
avatar
April 22, 2018 at 9:18 AM delete

sep makasih TL-nya min~ keep spirit up!

Reply
avatar